SAMPLE DAN POPULASI
Disusun
oleh :
1.
Nasrul Mukhsinin 13110082
2.
Muhammad Irfan Anas 13110080
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Populasi dan Sample, yang mana makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi penelitian.
Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini kami masih banyak kekuranganya. Hal ini
karena terbatasnya pengetahuan, waktu dan sumber yang kami dapat. Oleh karena
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Kami mengucapkan
terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Metodelogi penelitian, karena
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, akhir kata kami mengucapkan
terima kasih dan kepada Allah kami mohon ampun. Dan semoga makalah yang kami
buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 10 November 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam melakukan
penelitian, populasi dan sampel merupakan satu komponen yang sangat perlu
diperlukan. Populasi dan sampel sebagai keseluruhan atau sebagian contoh dari
objek-objek yang diteliti. Mendengar istilah sampel, orang akan akan cenderung
menghubungkannya dengan contoh. Misalnya ketika jalan-jalan dipusat
perbelanjaan dan diberikan hadiah sabun dalam bentuk yang lebih kecil, maka
disebut sampel (contoh) sabun (asli). Lalu, apa hubungannya sampel barang
tersebut dengan statistik?
Dalam
menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu haruslah sesuai
dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat dan efisien.
Kendala-kendala yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh
karenanya, dalam menentukan populasi dan sampel peneliti hendaklah
memperhatikan hal-hal yang memang berkaitan dengan populasi dan sampel,
sehingga didapatkan sampel yang tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian populasi dan sampel?
2. Apa-apa saja teknik atau cara dalam menentukan sampel?
3. Bagaimanakah teknik dalam menentukan sampel?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Penelitian.
2. Dapat menjadi karya tulis yang berguna dalam menetapkan populasi dan sampel.
3. Dapat menjadi bahan diskusi yang terkait dengan polulasi dan sampel.
D. METODE YANG DIGUNAKAN
Metode
deskriftif dengan teknik study kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan
yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media
lainnya yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam makalah
ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
POPULASI
DAN SAMPEL
A.
POPULASI
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti
jumlah penduduk. Oleh karena itu,
apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan menghubungkannya dengan
masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benar nya juga, karena itulah
makna kata populasi sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata
populasi menjadi amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
Dalam metode
penelitiankata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau
sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi
penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup,
dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.
Karena
pengertian populasi yang demikian diatas, maka populasi menjadi amat beragam.
Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat
dibedakan menjadi: populasi terbatas dan populasi tidak terbatas.
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang
memiliki sumber yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.
2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang
memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara
kuantitatif.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan: Populasi
homogen dan Populasi heterogen.
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan
individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat yang relatif sama satu
sama lainnya.
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan
individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat
tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.
Selain
pembedaan-pembedaaan diatas, populasi juga dapat dibedakan antara populasi
sampling dan populasi sasaran.
B.
SAMPEL
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan
mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun
kerangka sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi
sampling, dengan syarat:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel.
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.
3. Harus up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas.
5. Harus dapat dilacak dilapangan.
Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan
Efendi) Ciri-ciri sample yang ideal adalah:
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari
seluruh populasi yang diteliti.
2. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil
penelitian dengan menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran
yang diperoleh.
3. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan
biaya yang rendah.
Ada
empat faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan besar kecilnya sampel,
antara lain:
1. Degree of homogenity
dari populasi, makin homogin populasi makin sedikit jumlah sampel yang diambil.
2. Pressisi yang
dikehendaki, makin tinggi tingkat pressisi yang dikehendaki makin banyak jumlah
sampel yang diambil.
3. Rencana analisa
4. Tenaga biaya dan waktu
C. UKURAN SAMPEL
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun
acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian
korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30,
sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari
masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah
100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma
Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel :
1.
Ukuran sampel
lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
2.
Jika sampel dipecah ke
dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel
minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3.
Dalam penelitian
mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x
lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4.
Untuk penelitian
eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang
sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Arikunto Suharsimi (2005)
memberikan pendapat sebagai berikut : “..jika peneliti memiliki beberapa ratus
subjek dalam populasi, maka mareka dapat menentukan kurang lebih 25 – 30% dari
jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi
antara 100 – 150 orang, dan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan
angket, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Namun apabila
peneliti menggunakan teknik wawancara dan pengamatan, jumlah tersebut dapat
dikurangi menurut teknik sampel dan sesuai dengan kemampuan peneliti.
Besaran atau jumlah sampel ini
sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang
diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial
maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan
maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin
besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang
kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
D. TEKNIK-TEKNIK SAMPEL
Teknik sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu probability sampling dan
non probability sampling.
Dalam pengambilan sampel cara
probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi untuk terpilih
sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan sampel dengan cara
nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai sampel tidak
diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan sampel dengan cara
probabilitas jika representasi sampel adalah penting dalam rangka generalisasi
lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan masalah generalisasi tidak
diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang digunakan.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota
populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel random sampling,
sistematis sampling, proportioate stratified random sampling, disproportionate
stratified random sampling, dan cluster sampling.
Simple random sampling
Teknik ini adalah teknik yang
paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan
tingkatan yang ada dalam populasi.
Misalnya :
Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah
sampel ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan
adalah sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan
kelas, usia dan jenis kelamin.
Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang
menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang
ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini
diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel
yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3,
dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan
simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan strata
(tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus
Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel
adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi
dan penjualan) yang masing-masing berjumlah :
Marketing : 15
Produksi
: 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut
ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan)
x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing : 15 /
125 x 95 =
11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x
95 = 57
Penjualan : 35 /
125 x 95 =
26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95
sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen
(tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang kerja sehingga
besaran sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil secara
proporsional untuk memperoleh
Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip
dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas
populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada
pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional
pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya
sangat tidak seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10
orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang
(terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini
seluruhnya ditetapkan sebagai sampel
Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area
digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu
propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh
provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi
terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang
digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik
proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja
berbeda.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di
tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena
jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan
sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara
acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua, mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota,
maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai
sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan /
Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang
dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara
keseluruhan.
2. Non Probabilty Sampel
Non Probability artinya setiap
anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai
sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain :
Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive,
Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.
Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik
sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian
tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah
10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.
Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik
penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential)
bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang
kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan
ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa
saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di
atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti
permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah
para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini.
Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang
diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di
bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.
Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang
mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau
kurang dari 100.
Misalnya akan dilakukan penelitian
tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka
seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik
penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola
salju. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di
wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada
pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden terus berkembang sampai ditemukannya
informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga
lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
E. PENENTUAN UKURAN SAMPEL
Ada dua hal yang menjadi
pertimbanngan dalam menentukan ukuran sample. Pertama ketelitian (presisi) dan
kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada seberapa
dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi. Keyakinan adalah fungsi
dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel dari rata-rata
sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan S-x.
Semakin dekat kita menginginkan
hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka semakin tinggi
ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar
ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi
tersebut besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan
seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku bagi populasi. Tingkat
keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan 95% adalah tingkat lazim
yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan 95% (alpha
0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan
populasi yang sebenarnya”.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan di atas
dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah sampel maupun penentuan
sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari penelitian. Dengan
kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa memperhatikan
aturan-aturan dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan berhasil
memberikan gambaran menyeluruh dari populasi.
Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan dalam penelitian, peneliti harus dapat menentukan teknik yang tepat dan
efektif sehingga didapatkan sampel yang baik.
B. SARAN
Untuk menyempurnakan
makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang
menggunakan makalah ini. Berpegang pada prinsip tidak ada gading yang tidak
retak dan tidak ada final dalam ilmu. Dengan kerendahan hati penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran
dan pandangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Daftar
Pustaka
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta:
Rineka Cipta.
Nazir, 2005, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Sudjana,
2005, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta.
0 komentar:
Posting Komentar