about

Allah tujuan kami, Rasul uswah kami, Alqur'an pedoman kami, tegaknya syariat Islam adalah cita cita kami
RSS

Reaktualisasi Sikap Profetik Pengader Membangun Insan Ulil Albab



Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara religius dan individual, tetapi juga menjadi pembimbing  masyaraka menujut ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan. Menurut Ali Syari’ati “para nabi tidak hanya mengajarkan dzikir dan do’a tetapi mereka juga datang dengan suatu ideologi pembebasan”.
Profetik atau kenabian di sini merujuk pada pemikiran yang dikembangkan oleh Kuntowijoyo tentang Ilmu Sosial Profetik, bahwa ada tiga unsur landasan nilai Profetik yang dalam Al-Quran disebutkan meliputi amar ma’ruf (humanisasi), nahi munkar (liberasi), dan iman billah (transendensi).
Setiap entitas masyarakat, himpunan, atau organisasi akan terjamin eksistensinya bila didukung dengan seperangkat sistem kaderisasi. Keberadaannya merupakan tuntutan logis dari sebuah kelompok yang memiliki visi besar, karena visi tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya generasi penerus yang telah tertanam nilai-nilai organisasi. Hmi sebagai organisasi perkaderan  semenjak kelahirannya harus terus menyempurnakan sistem perkaderan yang dimiliki untuk lebih meningkatkan taraf kualitas perkaderan serta membuat suatu format perkaderan ideal yang cocok bagi HMI.
Dalam hal perkaderan, tiga nilai yang disebutkan diawal tulisan ini merupakan landasan penting dalam proses pembentukan seorang pengader himpunan yang memiliki peran penting sebagai pendidik, pemimpin dan pejuang. Seorang pengader harus memahami bahwa misi-misi profetik yang dibawa oleh para nabi dan Rasulullah juga merupakan tugas yang ia emban, yaitu bagaimana keberadaannya mampu menyebarkan dan mengaktualisasikan nilai serta ghiroh humanisasi, liberasi, dan transendensi.
HMI dalam era globalisasi ini menghadapi jalan terjal, di era ketika degradasi moral dan akhlak semakin kencang, HMI diharapkan mampu menjadi angin segar dan solusi dalam menjadi benteng perbaikan moralitas dan identitas bangsa. Tantangan HMI dimasa depan salah satunya adalah membangun sistem ke-HMI-an untuk membenahi sistem perkaderan yang semakin rapuh, penguatan infrastuktur kelembangaan serta menaikkan harkat dan martabat HMI yang harus setara dengan negara. Memang tantangan baru muncul pada masa transisi demokrasi sekarang ini, dimana pragmatisme politik masih memberikan warna terhadap kerangka perubahan.
Menurut Gramsci, kaum-kaum terdidik (mahasiswa) seharusnya didorong untuk menjadi kaum intelektual. Kaum-kaum yang sadar akan posisinya di dalam kerangka struktur kemasyarakatan. Kaum terdidik yang mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat.
Dalam upaya membangun dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, terutama dalam menghadapi tantangan sekarang HMI sebagai kampus pembelajaran kedua di luar perguruan tinggi, HMI dapat memberi kontribusi yang besar terhadap proses pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil, berbudi tinggi,  berwawasan, berikiran bebas, sehingga siap menyongsong kehidupan global yang sangat kompetitif itu.
Dalam mencapai sistem perkaderan yang baik, hendaknya para pengader memperhatikan bagaimana sikap Rasulullah dalam bermu’amalah dengan makhluk dan Allah.
HMI sebagai organisasi pekaderan dan perjuangan mempunyai tujuan mulia yang suci, dan itu menjadi tugas para kader untuk mewujudkan tujuan tersebut tercapai. Perkaderan adalah proses pembentukan dan pembinaan anggota menjadi Kader ideal yang berlandaskan kepada Ideologi organisasi seperti yang tertulis dalam khittah perjuangan demi tercapainya tujuan HMI yang berbunyi “Terbinanya Mahasiswa islam menjadi insan ulil albab yang turut bertanggung jaab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT”.
Perkaderan HMI merupakan suatu program terencana, terarah, terus-menerus dan terangkai dalam suatu kesatuan yang terpadu dalam mempersiapkan anggota dan pengader sebagai subyek dan pendukung gerak organisasi untuk mewujudkan tujuan. Terencana disusun untuk membentuk para anggota (Mahasiswa) menjadi kader cita HMI atau pribadi-pribadi muslim yang kaffah dan unggul yang terformulasikan dalam al-Quran dengan istilah insan “ulil albab”.
Sedangkan perjuangan HMI adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mewujudkan tujuannya yang termaktub dalam konstitusi dan Nilai-nilai normatif tekstual (Pedoman perkaderan dan khittah perjuangan) yang menjadi jalan/ rel perkaderan HMI adalah kerangka sekaligus acuan sebagai bagian dari pergerakan perkaderan dan perjuangannya. Maka terlaksananya segala proses, usaha, gerak dan perwujudan tercapainya tujuan HMI adalah bagian yang integral dari amanah perkaderan dan perjuangan. Oleh karena itu, sebagai insan pengemban amanah kenabian seorang pengader dituntut agar selalu konsisten dan istiqomah atas segala sesuatu yang dipercayakan orang lain kepada dirinya. Ia harus mampu mengawal segala bentuk, proses, tanda keberhasilan perkaderan dan perjuangan tercapai maksimal, Karena seluruh proses perkaderan dan perjuangan diarahkan untuk mewujudkan tujuan HMI.
Namun proses kaderisasi atau perkaderan HMI tidak akan mencapai hasil yang obyektif dan maksimal ketika tidak dilakukan secara profesional apalagi tanpa ditopang oleh para pengader-pengader handal dan berkualitas. Disinilah perlunya sosok para pengader teladan yang amanah (Layak dikuti), ia adalah cermin bagi orang lain, Ibarat “guru kencing berdiri maka murid kencing berlari”, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Akan tetapi, untuk menyukseskan proses perkaderan yang baik dan efektif diperlukan suatu komponen utama yang selalu siap berjuang dalam kondisi apapun untuk mewujudkan tujuan organisasi. Dia adalah pengader, sosok yang diharapkan sebagai pendorong terjadinya perubahan, pembaharuan, dan yang banyak bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup mati organisasi ini. Maka seorang pengader dituntut agar melakukan rekontruksi dan muhasabah diri dan melakukan upaya penempaan karakter kader secara maksimal mungkin menuju kualitas diri yang paripurna yaitu sosok ulil albab. Oleh karena itu, seorang pengader HMI dimajazkan seperti “nabi”, ia adalah cahaya yang menerangi sekitarnya sebab ia juga dianggap sebagai panutan dan teladan yang suatu saat ia akan menghasilkan sebuah suri tauladan yang akan dikuti oleh generasi (kader) penerusnya, baik perkataan sampai perbuatan.
Maka dari itu seyogyanya pula segala citra ideal rasulullah SAW mengendap di dalam jiwa seorang pengader HMI. Sebab dalam sosoknya terdapat fitrah yang menjadi kepribadian utuh pengader yaitu; sebagai pendidik (Penjaga nilai-nilai Islam), pemimpin (Penjaga ukhuwah islamiyah), dan pejuang (Pelopor amar ma’ruf nahi munkar).
Oleh karena itu selain memberi contoh yang baik (teladan), seorang pengader juga harus dapat menjaga kepercayaan dalam menjalankan amanah organisasi dan mengawal tercapainya tujuan organisasi tersebut. Sebab segala sesuatu yang datang kepada dirinya yang berkaitan dengan perkaderan dan perjuangan adalah bagian dari amanat organisasi yang sebaiknya dijalankan semaksimal mungkin sebagai bukti peran dan tugas pengader selain sebagai pengelola pelatihan-pelatihan HMI. mari kita arahkan gerak HMI menuju perkaderan dan perjuangan yang optimal dan lebih baik lagi dengan menauladani sikap dan sifat Nabi dan Rasulullah Muhammad.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar