Pemberitaan media yang akhir-akhir ini menyoroti tentang aksi massa oleh mahasiswa serta masyarakat menjadi sebuah topik hangat yang menarik untuk diperbincangkan. Timbul banyak opini tersendiri pada kehidupan sosial tentang fenomena ini. Ada yang setuju dengan keadaan ini, tidak sedikit pula yang tidak setuju. Bahkan, dari pihak mahasiswa pun terjadi beda pendapat mengenai aksi massa. Banyak dari mahasiswa yang mencemooh aksi unjuk rasa yang dilakukan rekan mereka . Dan yang lebih dahsyat lagi ada pula yang mengatakan bahwa itu tindakan bodoh yang tidak pantas dilakukan oleh kaum intelektual, gelar yang selama ini di sandingkan kepada mahasiswa.
Lalu, apakah benar aksi massa itu bukan jalan keluar dalam menghadapi permasalah yang menimpa negeri pada masa modern ini? Mari kita luruskan.
Demonstrasi secara sederhana diartikan sebagai kumpulan orang yang terkoordinir dan memiliki tujuan yang sama, lalu meneriakkan suara mereka demi terwujudnya mimpi, bisa di jalanan atau tempat ramai. Lalu, mengapa kita harus memandang sebelah mata istilah ini? Mereka hanya berusaha mewujudkan mimpi mereka, itu esensi yang dimiliki kegiatan ini. Jika suatu saat terjadi kekacauan, sudah jelas itu bukan jiwa dari aksi massa. Menurut penulis, ini adalah akibat dari manifestasi kekesalan KARENA TERIAKAN MEREKA TERLALU LAMA DI BIARKAN .....
Gerakan berbasis intelektualitas yang diwujudkan melalui diskusi dan kajian, serta pendekatan modern yang berbasis pada negosiasi, saat ini benar-benar diidam-idamkan oleh banyak pihak, termasuk mahasiswa. Sudut pandang pemikiran pemuda era ini telah bergeser jauh dibandingkan generasi sebelumnya . Pergerakan pemuda masa kini yang lebih terlihat elegan melalui kajian dan negosiasi telah merasuk pada jiwa mahasiswa, sehingga timbul indikasi apatis terhadap demonstrasi atau aksi massa pada pergerakan mahasiswa.
sejatinya, tugas mahasiswa bukan hanya duduk manis dikelas, mengumpulkan tugas dalam rangka mengejar nilai IPK yang "CUM LAUDE". mahasiswa juga berperan sebagai Agent of Change, yang melakukan perubahan , pengawas bagi para birokrat - birokrat dan juga sebagai pengawal demokrasi dan suksesor kehidupan bangsa. selain itu, mahasiswa juga bertugas sebagai penyambung lidah dan penyampai aspirasi rakyat kepada para wakilnya yang berada di "kursi atas" yang kini mulai melupakan tugas serta amanah yang rakyat serahkan pada mereka.
Menindak lanjuti kewajiban yang ada di pundak mereka, mahasiswa harus mulai bergerak , melangkah maju tanpa ada ambivalensi atas kehidupan sosial di sekeliling mereka. Integrasi sikap dan fikroh mereka dalam sebuah pergerakan membela kepentingan rakyat dan negara.
Inilah era yang semestinya menjadi masa keemasan politik mahasiswa. Masa dimana mahasiswa bisa ikut berperan menentukan arah perjalanan bangsa, baik dengan fungsi kontrol sosialnya maupun terlibat aktif didalam perpolitikan tanah air. Tidak ada semestinya yang dapat menghalangi mahasiswa untuk bersikap dan berbeda pandangan dengan penguasa juga dengan kekuatan politik yang ada.
Dalam pandangan saya, di era inilah, apalagi dengan dukungan teknologi informasi saat ini, Mahasiswa harus berperan lebih aktif dalam perpolitikan tanah air. Tidak hanya sebagai kontrol sosial tapi bisa juga peran dalam mendorong terjadinya sebuah kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat banyak. Dan sebuah kelaziman menurut saya (bahkan harus), mahasiswa membangun jaringan dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada baik secara individu sebagai seoarang aktivis, maupun secara kelembagaan.
Saya tidak khawatir mahasiswa akan jadi alat politik, dimanfaatkan kekuatan politik. Karena sebagai makhluk dewasa, sebagai mahkluk intelektual, tentu mahasiswa sebagai pribadi tahu mana yang terbaik untuk mereka, pandangan politik, ideologi politik seperti apa yang cocok untuk mereka.
Sementara untuk lembaga Mahasiswa, saya juga tidak khawatir akan terjadi politisasi untuk mengarahkan dukungan pada kekuatan politik tertentu. Terlalu naif jika kita beranggapan demikian. Di era kebebasan informasi seperti ini, tentu berbeda sekali kondisinya dengan zaman aktifis dimasa lampau. Zaman ini, aktifis mahasiswa bisa bertukar informasi dengan demikian cepat, mencari informasi dengan begitu mudah, maka tentu mereka tidak akan mudah dikuasai oleh satu-dua kelompok politik tertentu.
Jadi hemat saya, pergerakan mahasiswa masa ini, haruslah pergerakan yang membuka diri terhadap semua perkembangan yang ada diluar dirinya. Bukan hanya melihat persoalan kemasyarakatan dan persoalan politik dari kacamata sebagai seoarang aktifis mahasiswa, tapi juga bisa menerima dan memperkaya diri dengan pengetahuan dan realitas politik yang ada dari kacamata pelaku politik itu sendiri.
Dengan membuka diri terhadap kondisi politik aktual dengan segala perbedaannya, jauh akan lebih mudah bagi mahasiswa mengidentifikasi apa sesungguhnya yang sedang terjadi diluar lingkungan mereka, kampus. Mengundang, menerima segala kekuatan politik hadir di kampus, mempersilahkan kekuatan tersebut berbagi gagasan, justru akan menambah referensi bagi mahasiswa dalam menentukan sikap politiknya, menetukan sikap pembelaannya kepada kepentingan rakyat terutama.
Hemat saya, inilah ere, dimana kampus dan mahasiswa harus dengan tegas menolak segala kebijakan sterilisasi kampus dari politik. Sterilisasi yang menjauhkan mahasiswa dari persoalan rakyat, dari persoalan bangsa dan negara. Persoalan yang semestinya mereka ketahui dan kenali dengan baik, karena sejatinya, segala persoalan tersebut akan menghampiri mereka saat mereka menjadi pemimpin dimasa mendatang.
Hidup Mahasiswa !!
YAKUSA . . . lASKAR HIJAU HITAM
0 komentar:
Posting Komentar