sejumlah orang bersepakat mengadakan demonstrasi di bundaran HI, Jakarta Pusat. Demo itu bertemakan (dan menuntut) pembubaran FPI (Front Pembela Islam) yang selama ini dinilai kerap melakukan aksi kekerasan atas nama agama. Aksi-aksi FPI tersebut dianggap telah menimbulkan keresahan dan mengancam kebebasan. Di lain pihak, seolah-olah aparat keamanan dan pemerintah mendiamkan saja aksi-aksi tersebut. Menurut salah satu penggagasnya, Mariana Amirudin, demo ini murni berasal dari kalangan pegiat media sosial, khususnya di jejaring sosial twitter. Di twitter, orang-orang tersebut membuat hashtag #IndonesiaTanpaFPI. Berbagai twit yang bertemakan anti FPI muncul. Mulai dari kritikan ilmiah obyektif hingga caci maki. Mulai dari bahasa yang sopan, hingga bahasa yang kasar. Mulai dari sekadar kritik terhadap organisasi FPI dan pemerintah, hingga memaki-maki ajaran Islam (yang dianggap sebagai landasan aksi-aksi FPI).
Entah siapa yang mulai, bersamaan dengan munculnya hashtag gerakan #IndonesiaTanpaFPI, muncul pula hashtag #IndonesiaTanpaJIL (Jaringan Islam Liberal). Seolah-olah gerakan ini adalah respon atau jawaban dari #IndonesiaTanpaFPI. Uniknya, ketika gerakan #IndonesiaTanpaFPI sudah mulai surut dari perbincangan di twitter, justru #IndonesiaTanpaJIL makin “hot”. Ada yang membuat fan page-nya di Facebook dan membuat akun twitter @TanpaJIL. Bahkan aktor dan presenter Fauzi Baadilla membuat rekaman video singkat yang di-up load ke YouTube mengenai dukungannya pada gerakan #IndonesiaTanpaJIL ini ( youtu.be/lMbeTlMyNYk ).
Berbagai reaksi bermunculan. Yang pro dan yang kontra. Yang kontra, ada yang “menuduh” (dan mencoba mengesankan bahwa) gerakan #IndonesiaTanpaJIL disponsori oleh FPI dan disusupi kepentingan politik praktis parpol tertentu. Sementara yang pro, berdatangan dari berbagai latar belakang, mulai dari yang anti parpol hingga yang tidak suka dengan FPI.
Gerakan #IndonesiaTanpaJIL adalah gerakan moral dari sejumlah pegiat media sosial (blog, Facebook dan twitter) yang resah dengan sepak terjang JIL selama ini. Aktivis JIL seringkali membuat opini yang menggugat ajaran Islam. Hal-hal yang merupakan urusan fondasi dalam Islam, justru dipertanyakan dan dikritik, dengan dalih kebebasan berpikir ilmiah dan berpendapat. Padahal seringkali opini aktivis JIL itu jauh dari kaidah-kaidah ilmiah. Seperti menggugat ibadah qurban, mempertanyakan kenabian Muhammad SAW, mengolok-ngolok tauhid, mengejek jilbab, dan lain-lain. Hal ini terkadang dibalut dengan retorika yang dicoba dikesankan ilmiah, dengan harapan para followers atau fans atau khalayak akan percaya dan mendukung opini mereka. Bagi orang yang kurang ilmu dan tidak kritis terhadap mereka, tentu akan sangat mudah menerima begitu saja opini yang dilontarkan. Inilah yang dirasa meresahkan. Maka muncullah #IndonesiaTanpaJIL.
Dapat disimpulkan bahwa gerakan #IndonesiaTanpaJIL adalah:
Gerakan moral
Anti kekerasan
Tidak ditunggangi kepentingan politik praktis parpol tertentu
Terbuka bagi siapa saja
Membuat dan menyebarkan opini yang merupakan counter attack dari opini aktivis JIL yang membingungkan umat.
Tidak untuk membela ormas tertentu
Jika pihak yang pro JIL meminta kaum yang kontra JIL agar “melawan” JIL dengan opini/ide, maka inilah “perlawanan” itu:
#IndonesiaTanpaJIL!
Mari bergabung!
0 komentar:
Posting Komentar